Kamis, 15 Mei 2014

Pelaksanaan Pembelajaran IPS pada Kurikulum 2006 dan Kurikulum 2013



I.         PENDAHULUAN
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan bidang studi yang mempelajari, menelaah, serta menganalisis gejala dan masalah sosial di masyarakat ditinjau dari berbagai aspek kehidupan secara terpadu. IPS diajarkan pada pendidikan dasar dan menengah, sebagai dasar atau pengantar dalam mempelajari studi sosial atau ilmu sosial di tingkat yang lebih lanjut.
IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di SD yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Materi dalam IPS merupakan perpaduan dari materi geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, anak diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai.
Kurikulum IPS SD mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Perubahan tersebut terjadi karena tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kebutuhan dalam kehidupan. Perkembangan tiap kurikulum tersebut merupakan penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 36 Ayat (2) ditegaskan bahwa kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik. Atas dasar pemikiran tersebut maka dikembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). KTSP dilaksanakan mulai tahun ajaran 2006/2007.
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang dipergunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Ada dua dimensi kurikum berdasarkan pengertian di atas. Yang pertama adalah rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran. Yang kedua adalah cara yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Untuk memenuhi kedua dimensi tersebut, maka terjadi penyempurnaan kurikulum terdahulu, menjadi kurikulum baru yang disebut Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 diberlakukan mulai tahun ajaran 2013/2014.
Makalah ini disusun dengan tujuan untuk membandingkan pelaksanaan pembelajaran pada kurikulum 2006 dan kurikulum 2013.

II.      PEMBAHASAN
a.        Pelaksanaan Pembelajaran IPS di SD pada Kurikulum 2006
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. Dalam Struktur Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD memuat 8 mata pelajaran ditambah muatan lokal, yang diantaranya terdapat mata pelajaran IPS.
Menurut Sardjiyo, dkk (2014), kurikulum IPS tahun 2006 bertujuan agar anak didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
a.       Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya.
b.      Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.
c.       Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.
d.      Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama, dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.

Kurikulum IPS tahun 2006 cukup simpel, karena hanya menekankan pada ketercapaian Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang dipersyaratkan. Hal ini memberikan peluang pada guru sebagai pengembang kurikulum untuk berkreasi dalam pembelajaran IPS yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
Materi pelajaran IPS SD merupakan keterpaduan antara materi geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi. Pelajaran IPS SD pada kelas 1 – 3 dilaksanakan melalui pendekatan tematik, dedangkan pada kelas 4 – 6 dilaksanakan melalui pendekatan pelajaran.
Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewsaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan anak akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan.
Sesuai dengan karakteristik anak dan IPS SD, maka metode ekspositori akan menyebabkan siswa bersikap pasif, dan menurunkan derajat IPS menjadi pelajaran hafalan yang membosankan. Guru yang bersikap memonopoli peran sebagai sumber informasi, selayaknya meningkatkan kinerjanya dengan metode pembelajaran yang bervariasi, seperti menyajikan cooperative learning model; role playing, jigsaw, membaca sajak, buku (novel), atau surat kabar/ majalah/ jurnal agar siswa diikutsertakan dalam aktivitas akademik. Menerapkan pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM) yang memungkinkan anak mengerjakan kegiatan yang beragam untuk mengembangkan ketrampilan, sikap, dan pemahaman dengan penekanan belajar sambil bekerja, sementara guru menggunakan berbagai sumber dan alat bantu belajar, termasuk pemanfaatan lingkungan supaya pembelajaran lebih menarik, menyenangkan, dan efektif. Tentu saja guru harus menimba ilmunya dan melatih keterampilannya, agar ia mampu menyajikan pembelajaran IPS SD dengan menarik.

b.        Pelaksanaan Pembelajaran IPS di SD pada Kurikulum 2013
Pengembangan kurikulum 2013 merupakan langkah lanjutan pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006 yang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu. Pengembangan ini dilakukan untuk menjawab tantangan internal dan eksternal yang berkembang di masyarakat.
Tantangan internal berupa tuntutan pendidikan yang mengacu kepada 8 Standar Nasional Pendidikan yang meliputi Standar Pengelolaan, Standar Biaya, Standar Sarana Prasarana, Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Standar Isi, Standar Proses, Standar Penilaian, dan Standar Kompetensi Lulusan. Tantangan internal lainnya terkait dengan faktor perkembangan penduduk Indonesia dilihat dari pertumbuhan penduduk usia produktif.
Tantangan eksternal berupa tantangan masa depan, kompetensi masa depan, persepsi masyarakat, perkembangan pengetahuan dan pedagogi, serta fenomena-fenomena negatif yang mengemuka. Tantangan eksternal antara lain terkait dengan arus globalisasi dan berbagai isu yang terkait dengan masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi dan informasi, kebangkitan industri kreatif dan budaya, serta perkembangan pendidikan di tingkat internasional. Arus globalisasi akan menggeser pola hidup masyarakat dari agraris dan perniagaan tradisional menjadi masyarakat industri dan perdagangan modern. Tantangan eksternal juga terkait dengan pergeseran kekuatan ekonomi dunia, pengaruh dan imbas teknosains serta mutu, investasi, dan transformasi bidang pendidikan.
Kurikulum 2013 dikembangkan dengan penyempurnaan pola pikir sebagai berikut:
a.         pola pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi pembelajaran berpusat pada peserta didik. Peserta didik harus memiliki pilihan-pilihan terhadap materi yang dipelajari untuk memiliki kompetensi yang sama
b.        pola pembelajaran satu arah (interaksi guru-peserta didik) menjadi pembelajaran interaktif (interaktif guru-peserta didik-masyarakat-lingkungan alam, sumber/ media lainnya)
c.         pola pembelajaran terisolasi menjadi pembelajaran secara jejaring (peserta didik dapat menimba ilmu dari siapa saja dan dari mana saja yang dapat dihubungi serta diperoleh melalui internet)
d.        pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran aktif-mencari (pembelajaran siswa aktif mencari semakin diperkuat dengan model pembelajaran pendekatan sains)
e.         pola belajar sendiri menjadi belajar kelompok (berbasis tim)
f.         pola pembelajaran alat tunggal menjadi pembelajaran berbasis alat multimedia
g.        pola pembelajaran berbasis massal menjadi kebutuhan pelanggan (users) dengan memperkuat pengembangan potensi khusus yang dimiliki setiap peserta didik
h.        pola pembelajaran ilmu pengetahuan tunggal (monodiscipline) menjadi pembelajaran ilmu pengetahuan jamak (multidisciplines)
i.          pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran kritis.
Sedangkan untuk karakteristiknya, kurikulum 2013 dirancang dengan karakteristik sebagai berikut:
a.         mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik
b.        sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman belajar terencana dimana peserta didik menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar
c.         mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat
d.        memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap, pengetahuan, dan keterampilan
e.         kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar matapelajaran
f.         kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi (organizing elements) kompetensi dasar, dimana semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam kompetensi intikompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antarmatapelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal).
Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.
Dalam Seminar Nasional dengan tema “Pendidikan IPS dan Implementasi Kurikulum 2013 untuk Mewujudkan Generasi Emas”, Sardiman, AM., M.Pd menyampaikan tentang mengapa perlu pembaharuan dan apa urgensi pengembangan kurikulum 2013, yaitu bahwa kurikulum Indonesia belum pernah berubah. Artinya ending-nya tetap rapot. Hal ini berarti bahwa perilaku guru dari mulai adanya kurikulum  tahun 1947 hingga kurikulum 2006 sama. Itulah yang menjadi  salah satu alasan adanya pengembangan kurikulum. Sardiman menambahkan, adanya persepsi masyarakat bahwa kurikulum pendidikan saat ini terlalu menitikberatkan pada aspek kognitif, selain itu beban siswa untuk mata pelajaran terlalu berat namun kurang bermuatan karakter. Sardiman menyampaikan tentang tema pengembangan kurikulum 2013 adalah kurikulum yang dapat menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif dan afektif melalui penguatan sikap, ketrampilan dan pengetahuan yang terintegrasi. Dalam kurikulum 2013 posisi guru tidak hanya sebagai pengajar dan pendidik seperti yang telah kita kenal bersama, namun di kurikulum ini posisi guru juga sebagai fasilitator, leader, motivator, dan sebagai ‘pelayan dan diver-nya’ peserta didik.
Pada kesempatan yang sama, Hamid Hasan menyatakan bahwa konten pendidikan IPS dalam kurikulum 2013, meliputi:
a.         Pengetahuan tentang kehidupan masyarakat di sekitarnya, bangsa, dan umat manusia dalam berbagai aspek kehidupan dan lingkungannya.
b.        Ketrampilan berpikir logis dan kritis, membaca, belajar (learning skills, inquiry), memecahkan masalah, berkomunikasi dan bekerjasama dalam kehidupan bermasyarakat-berbangsa.
c.         Nilai-nilai kejujuran, kerja keras. Sosial, budaya, kebangsaan, cinta damai dan kemanusiaan serta kepribadian yang didasarkan pada nilai-nilai tersebut.
d.        Sikap: Rasa ingin tahu, manidri, menghargai prestasi, kompetitif, kreatif dan inovatif serta bertanggung jawab.
Namun pada kenyataannya, implementasi dari kurikulum 2013 masih banyak menjadi salah satu sumber ‘kebingungan’ yang harus dihadapi oleh para guru saat ini. Kebingungan tersebut dikarenakan belum jelasnya bagaimana penerapan dan pengaplikasian kurikulum 2013 tersebut di lapangan. Selain bingung tentang penerapan kurikulum 2013, saat ini para guru pengampu mata pelajaran (mapel) Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) juga masih belum sepenuhnya bisa melaksanakan sesuai dengan apa yang dimandatkan dari kurikulum mapel IPS. 

III.   PENUTUP
Kurikulum 2013 merupakan penyempurnaan dari kurikulum 2004. Pada masing-masing kurikulum terdapat persamaan, perbedaan, keunggulan dan kelemahannya.



Sumber :
Catatan Anak Bangsa. 2012. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar. fhey-three.blogspot.com.
Cinta Ilahi. 2013. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di Sekolah Dasar (SD). cintailahirab.blogspot.com.
 Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta. 2013. Nasib Pendidikan IPS di Kurikulum 2013. http://fis.uny.ac.id.
 Sardjiyo, dkk. (2014). Pendidikan IPS di SD. Penerbit Universitas Terbuka.

Jumat, 11 April 2014

Cerpen Ke Enam Belas



NENEK RUMAH SEBELAH
            Selalu ada sesuatu yang tak pernah ketinggalan saat Ramadhan dan Lebaran. Sesuatu yang selalu mengagetkan dan mengganggu pendengaran, apalagi kalau bukan petasan. Seolah tak mengenal waktu, bunyi petasan selalu terdengar di mana-mana. Dulunya, aku tidak pernah mempermasalahkan adanya bunyi petasan. Bahkan, kadang-kadang aku juga ikut-ikutan menyalakan petasan. Asyik juga, sih… Namun, sejak ramadhan tahun lalu, ada rasa sedih dan marah setiap kali mendengar bunyi petasan. Aku pun tak mau lagi ikut-ikutan main petasan.
Masih bisa ku ingat dengan jelas lembaran kisah tahun lalu. Kisah yang dimulai dari sebuah rumah di samping rumahku. Rumah itu sudah lama kosong. Konon kabarnya, sang pemilik rumah telah berpindah serta menetap di kota lain. Rumah itu juga telah dijual kepada orang lain. Namun sampai pada saat itu, pemilik rumah yang baru belum pernah terlihat mengunjungi rumah itu. Rumah itu dibiarkan kosong dan tidak terawat.
Sabtu pagi, kira-kira dua bulan menjelang Ramadhan, ada yang berbeda di rumah kosong sebelah rumah. Tampak beberapa orang memperbaiki dan membersihkan rumah tersebut. Bagian yang rusak diperbaiki dan dindingnya dicat ulang. Rumput ilalang yang selama ini menghiasi halaman pun telah hilang. Beberapa hari kemudian, nampak sebuah pick-up mengangkut barang-barang ke rumah itu. Mungkin pemilik rumah yang baru akan segera menempati rumah tersebut.
Benar saja, sebulan sebelum ramadhan, rumah sebelah tak lagi kosong. Pemiliknya yang baru telah menempati rumah itu. Bapak Herlambang. Demikian nama tetanggaku yang baru. Dua hari setelah kepindahannya, Pak Herlambang mengundang para tetangga ke rumahnya untuk memperkenalkan diri dan keluarganya. Pak Herlambang tinggal di rumah itu bersama ibunya, istrinya, dan seorang anaknya yang masih balita, serta seorang khadimat yang membantu mengurus pekerjaan rumah.
***
Suatu pagi yang cerah. Aku telah bersiap untuk berangkat sekolah. Seperti biasa, aku berjalan kaki ke sekolah. Ketika melewati rumah Pak Herlambang, kulihat di beranda rumahnya ada seorang wanita duduk di kursi roda. Wanita itu bertubuh agak gemuk, berjilbab, dan berkacamata. Ia nampak sibuk dengan sesuatu yang ada di pangkuannya. Itu pastilah ibu Pak Herlambang. Begitu melihatku, ia langsung berkata,
“Selamat pagi, Shalilah…!”
Semula aku tak yakin, apakah nenek itu menyapaku atau orang lain yang bernama Shalihah. Tapi, tak ada orang lain yang lewat selain aku. Mungkin nenek itu menyapaku. Meski ragu, aku pun tersenyum dan mengangguk. Kuteruskan langkahku menuju sekolah dan segera melupakan awal pertemuanku dengan sang nenek pagi itu.
Esok paginya, ketika aku melewati rumah Pak Herlambang, kembali kulihat nenek itu di beranda rumah, masih dengan aktivitas yang sama. Dan hal yang sama terjadi lagi. Nenek itu menyapaku.
“Selamat pagi, Shalihah…!”
Aku kan bukan Shalihah, batinku. Namun aku tetap mengangguk dan tersenyum pada nenek itu.
Kuceritakan pertemuanku dengan sang Nenek pada ibuku. Juga tentang panggilan Shalihah. Ibuku hanya tersenyum dan menyarankan untuk mengatakan pada nenek itu bahwa namaku bukan Shalihah.
Pagi ketiga semenjak pertemuanku dengan sang nenek, aku sengaja berangkat lebih pagi dari biasanya. Aku ingin menyapa nenek itu dulu dan berbincang sedikit dengannya. Paling tidak aku ingin mengatakan bahwa aku bukan Shalihah.
Tepat seperti dugaanku, nenek itu ada di tempat biasa, dan masih sibuk dengan sesuatu yang ada di pangkuannya. Aku segera menyapanya.
“Selamat pagi, Nenek…!” Kataku dengan penuh semangat.
“Selamat pagi, Shalihah…! Pagi sekali?” Tanya nenek.
“Iya, pingin ketemu Nenek sebentar,” kataku sambil melangkahkan kaki ke halaman rumahnya.
Nenek itu menggerakkan kursi rodanya ke depan dan turun dari beranda melalui jalan yang dibuat khusus untuk kursi roda. Ia berhenti tepat di depanku.
“Ada apa, Shalihah?” Tanya nenek.
“Nek, namaku bukan Shalihah.. Namaku Aliyya,” kataku.
“O… Aliyya, ya? Nama yang bagus,” kata nenek itu.
“Nama Nenek siapa?” tanyaku.
“Nama nenek Kinanti,” jawabnya.
“Nenek Kinanti, ya?” tanyaku lagi.
Nenek Kinanti tersenyum dan mengangguk.
Mataku kemudian tertuju pada benda di pangkuannya. Ada benang dan sebuah besi kecil di sana.
“Ini apa, Nek?’ tanyaku ingin tahu.
“Oh.. ini? Ini benang rajut dan besi kecil ini untuk merajut. Begini caranya..” terang Nenek Kinanti sambil mempraktekkan cara merajut.
“Nenek sedang membuat baju hangat untuk cucu Nenek,” lanjutnya.
“Wah… Aliyya jadi pingin ikutan merajut. Lain kali ajari Aliyya ya, Nek…” kataku.
“Boleh…” kata Nenek Kinanti.
“Terima kasih, Nek. Eemmm… Aliyya berangkat dulu ya, Nek. Udah siang, nih!” kataku berpamitan.
“Iya. Hati-hati ya…” jawab Nenek Kinanti.
“Iya. Assalamu’alaikum..”
“Wa’alaikumsalam…”
Aku pun bergegas berangkat ke sekolah. Senyuman menghiasi bibirku di sepanjang perjalanan, tatkala mengingat percakapan dengan Nenek Kinanti pagi tadi.
***
Pagi berikutnya, kulihat Nenek Kinanti di beranda rumah. Beliau menyapaku seperti biasa.
“Selamat pagi, Shalihah..!”
Lho, Shalihah lagi, batinku. Namun aku tetap tersenyum dan balas menyapa.
“Selamat pagi, Nenek…”
Kemudian di pagi-pagi setelahnya, setiap melewati rumah Pak Herlambang, selalu kudengar sapaan “Selamat pagi, Shalihah”. Dan suatu hari, ketika aku belajar merajut pada Nenek Kinanti, kutanyakan padanya, mengapa beliau selalu memanggilku Shalihah? Beliau menjawab,
“Karena Nenek berharap Aliyya akan terus menjadi seorang anak yang shalihah.”
Ternyata begitu. Ada sebuah harapan dari nama panggilan yang beliau berikan padaku. Sejak itu, aku tidak lagi keberatan jika Nenek Kinanti memanggilku Shalihah.
***
Akhirnya, bulan ramadhan datang. Di bulan ini, ada banyak pahala yang bisa diraih. Orang-orang pun berlomba-lomba untuk beribadah. Masjid pun jadi lebih ramai. Namun, bagi teman-teman sebayaku, termasuk juga aku, bulan ramadhan jadi bulan untuk bermain petasan.
Suatu pagi, ba’da subuh, segerombolan anak berjalan-jalan sambil bermain petasan. Tepat di depan rumah Pak Herlambang, mereka menyalakan sebuah petasan dengan suara cukup keras. Mereka pun tertawa puas dan segera berlalu. Beberapa meter dari rumah Pak Herlambang, mereka melakukan hal yang sama lagi.
Beberapa menit setelah itu, tiba-tiba terdengar suara ribut-ribut di rumah sebelah. Ayah dan ibuku pun segera menuju ke rumah Pak Herlambang. Namun aku tidak begitu peduli karena sedang menyiapkan keperluanku untuk sekolah nanti.
Ayah dan Ibu kembali dari rumah Pak Herlambang ketika aku telah siap dengan seragamku. Mereka membawa sebuah kabar yang cukup mengejutkanku. Nenek Kinanti meninggal karena serangan jantung akibat bunyi petasan yang cukup keras. Mendengar itu, aku hanya bisa terdiam. Mematung, dengan air mata yang terus mengalir.
Sejak itu, tak ada lagi sapaan “selamat pagi, Shalihah”, tak ada lagi yang memanggilku Shalihah, dan tak ada yang mengajariku merajut. Dan sejak itu pula, aku benci petasan!