MENGAPA
HARUS MAKAN?
Pulang sekolah, Aisyah masuk kamar
dan langsung berganti baju. Kemudian ia bergegas menuju meja belajar.
Diambilnya buku gambar, pensil, penghapus, dan crayon. Sedetik kemudian, Aisyah
sudah tenggelam dalam goresan imajinasinya.
Aisyah sangat suka menggambar. Ia
mampu menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk menggambar. Jika sudah begitu,
ia akan melupakan segalanya, termasuk makan.
“Aisyah...., makan dulu!” teriak ibu
dari dapur.
Aisyah mendengus kesal.
“Huh! Kenapa sih selalu disuruh
makan?” runtuk Aisyah kesal.
“Aisyah.....!” suara ibu kembali
terdengar.
“Ya, Bu....!” jawab Aisyah dengan
malas.
Makan. Aktivitas yang sangat tidak disukai
Aisyah. Karena pasti ia akan bertemu dengan sayuran. Meskipun kata Bu Guru
sayuran itu menyehatkan dan banyak manfaatnya, Aisyah tetap tidak suka sayuran.
Aisyah lebih suka makan mie atau roti.
Aisyah menyeret kakinya ke meja
makan. Aroma sayur sop sudah tercium dari kejauhan. Dibukanya tudung saji. Benar
saja, ada sayur sop di sana. Ada ayam goreng, tempe goreng, dan perkedel
kentang, juga sambal bajak. Huh! Malas makan! Batin Aisyah. Ditutupnya kembali
tudung saji dan bersiap kabur dari meja makan.
Baru saja Aisyah hendak beranjak dari
meja makan, sebuah suara sudah terdengar dari belakangnya.
“Mau kemana, Aisyah?”
Aisyah terkejut dan hanya bisa
meringis sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.
“Hehehe....”
“Ayo, makan dulu!” perintah Ibu.
Aisyah tersenyum kecut. Namun tak ada pilihan lain
untuknya kecuali makan. Karena wajah ibu sudah terlihat marah. Ibu mengambil
dua buah piring, meletakkan satu piring di depannya dan menyodorkan satu piring
lain kepada Aisyah.
Dengan malas Aisyah menerima piring yang
disodorkan ibu dan mengisinya dengan seujung centong nasi, ayam goreng, serta
sedikit sambal bajak.
“Pakai sayur!” kata Ibu.
“Ya, nanti...” jawab Aisyah sambil
mulai menyuapkan nasi ke mulutnya.
Ting tong, ting tong, Assalamu’alaikum....
Tiba-tiba bel berbunyi. Ada tamu,
batin Aisyah. Ibu meletakkan kembali sesendok nasi yang telah dipegangnya dan
bergegas menuju ke pintu depan. Kesempatan, nih! Batin Aisyah. Aisyah
mempercepat makannya dan segera berlari ke dapur untuk mencuci piring. Setelah
itu ia segera pergi ke kamar, sebelum ibu kembali ke meja makan.
Ketika ibu kembali ke meja makan, ibu
hanya bisa geleng-geleng kepala ketika tidak lagi mendapati Aisyah di meja
makan.
***
Pukul 6 tepat. Aisyah sudah siap
dengan seragamnya. Aisyah menghampiri meja belajar dan mulai membuka tasnya.
Diperiksanya kembali jadwal pelajaran hari ini. Sudah lengkap, batinnya. Tas
sekolah ia tutup kembali dan sedetik kemudian tas itu telah berpindah ke
punggungnya. Aisyah membuka pintu kamar dan bergegas menuju ke meja makan.
Aisyah mengambil dua potong roti tawar, mengolesi salah satu sisinya dengan
selai strawberry, dan memakannya. Setelah potongan roti terakhir masuk ke
mulutnya, Aisyah segera menghabiskan segelas susu yang telas disiapkan di meja
makan. Alhamdulillah... Ucap Aisyah mengakhiri sarapan paginya.
Aisyah bergegas mencari ibunya untuk
berpamitan.
“Aisyah berangkat dulu ya, Bu...”
kata Aisyah sambil mencium tangan ibunya.
“Ya. Sudah sarapan?” tanya ibu.
“Sudah,” jawab Aisyah pendek. Aisyah
sudah bisa menebak pertanyaan selanjutnya.
“Sarapan apa?” tanya ibu.
Benar, kan, batin Aisyah.
“He... Roti sama minum susu...” jawab
Aisyah sambil nyengir.
“Lho.... Kok nggak sarapan nasi? Kan
nanti ada pelajaran olahraga.. Kamu pastinya butuh energi lebih untuk itu,”
kata ibu.
“Nggak usah aja, ah! Ini juga sudah
kenyang. Berangkat dulu, ya, Bu. Assalamu’alaikum...” sambung Aisyah cepat dan
segera berlari ke garasi, sebelum ibu berkata lebih banyak lagi..
“Wa’alaikumsalam... Hati-hati di
jalan, Nak...!” kata ibu kemudian.
***
Pelajaran olah raga dimulai. Aisyah
dan teman-teman telah berkumpul di lapangan sekolah. Pak Anton, guru olah raga
Aisyah, mengatur barisan anak-anak dan mengawali pelajaran dengan pemanasan.
“Selamat pagi, Anak-anak...”, sapa
Pak Anton.
“Selamat pagi...” jawab anak-anak
hampir bersamaan.
“Hari ini, kalian akan mencoba lari
jarak jauh. Untuk penilaiannya, akan dilakukan minggu depan,” kata Pak Anton.
“Rutenya, Pak?” tanya Dika.
“Ya. Kalian nanti start-nya dari
gerbang sekolah. Kalian ke kiri sampai perempatan pertama. Dari situ, kalian
belok ke kanan, lurus sampai di pertigaan warung Bu Patmi. Setelah itu belok
kanan, sampai di perempatan belok kanan. Lurus sampai ke jalan besar, lalu
belok ke kiri sampai sekolah kita. Paham anak-anak?” terang Pak Anton.
Suara-suara pun terdengar.
“Ya, Pak!” jawab Dika.
“Wah... jauh sekali,” kata Sari.
“Iya, jauh sekali,” Alma menimpali.
“Kuat nggak, ya?” tanya Aisyah.
“Ada pertanyaan?” tanya Pak Anton.
“Tidak, Pak!” jawab anak-anak.
“Baik. Kita ke gerbang sekolah
sekarang!” kata Pak Anton.
Aisyah dan teman-temannya bergegas
menuju gerbang sekolah. Setelah semua siap, Pak Anton mulai memberi aba-aba.
“Bersedia... Siaaap.... Yak!”
Aisyah pun mulai berlari. Ia berada
di urutan terdepan. Ia terus berlari. Ketika hampir sampai di depan warung Bu
Patmi, ia merasa kakinya semakin lemas, tenaganya semakin habis. Langkah
kakinya pun makin pelan. Teman-temannya mulai mendahuluinya. Coba tadi sarapan
nasi, batin Aisyah menyesal.
Aisyah terus melangkahkan kakinya
meskipun ia tak lagi kuat berlari. Dadanya terasa panas dan lambungnya
tiba-tiba perih.
“Ayo, Aisyah, kamu bisa...!” kata
Aisyah menyemangati dirinya sendiri.
Aisyah terus berlari. Satu belokan
lagi, batin Aisyah. Tiba-tiba kepalanya terasa berat. Ada bayangan genangan air
di bawah matanya. Kaki Aisyah ingin berhenti, tapi Aisyah tidak ingin ada di
urutan terakhir. Jadi Aisyah memutuskan untuk tetap berlari.
Ah, hampir sampai. Pak Anton sudah
terlihat di depan sana, batin Aisyah. Dengan sisa tenaganya Aisyah mempercepat
langkah kakinya. Namun, tiba-tiba ada banyak kunang-kunang di sekitarnya dan
dunia berubah warna. Lalu, semuanya gelap.
Aroma minyak kayu putih memenuhi
hidung Aisyah. Siapa yang sakit, batin Aisyah. Ia mendengar suara-suara yang
tidak jelas disekitarnya. Aisyah mulai membuka matanya. Lho, kok aku ada di
tempat tidur? Aisyah heran.
“Sudah sadar, Nak?” tanya Pak Anton.
“Tadi belum sarapan, ya?” sambungnya.
“Sarapan roti, Pak,” kata Aisyah.
“Cuma makan roti?” tanya Pak Anton.
“Sama minum susu,” jawab Aisyah.
“Lho.... Kalau olah raga, lebih baik
sarapan pakai nasi. Karena kamu butuh energi lebih. Energi itu diperoleh dari
karbohidrat. Nasi adalah salah satu sumber karbohidrat. Terus makannya jangan sama
lauk saja. Pakai sayur. Bagus itu! Kalau mau lebih sehat lagi, ditambah dengan
makan buah dan minum susu. Jadinya empat sehat lima sempurna...” kata Pak Anton
panjang lebar.
“Tapi Aisyah tidak suka sayur,
Pak...”
“Tidak boleh
begitu… Kamu kan masih dalam masa pertumbuhan. Kamu perlu energi untuk tumbuh,
untuk berfikir, dan untuk beraktivitas. Jadi harus makan dengan gizi seimbang.
Biar kamu bisa tumbuh tinggi, pintar, sehat dan kuat. Nggak pingsan begini…”
kata Pak Anton.
Benar juga,
ya.., batin Aisyah sambil tersenyum malu.
“Ya, udah,
Pak. Kalau gitu, Aisyah tidak
pilih-pilih makanan lagi. Biar sehat dan kuat!” kata Aisyah.
“Wah, bagus
itu!” kata Pak Anton.
“Aisyah sudah
boleh ke kelas, Pak?” Tanya Aisyah.
“Sudah kuat?”
“Iya.”
“Boleh.
Silahkan!”
Aisyah turun
dari tempat tidur UKS dan berjalan menuju kelasnya. Aisyah bertekad, mulai hari
ini ia tidak akan malas makan lagi. Ia akan mencoba makan sayuran. Biar bisa
tumbuh tinggi, pintar, sehat, dan kuat.