Kamis, 28 November 2013

Cerpen Ke dua belas



MENGAPA HARUS MAKAN?

Pulang sekolah, Aisyah masuk kamar dan langsung berganti baju. Kemudian ia bergegas menuju meja belajar. Diambilnya buku gambar, pensil, penghapus, dan crayon. Sedetik kemudian, Aisyah sudah tenggelam dalam goresan imajinasinya.
Aisyah sangat suka menggambar. Ia mampu menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk menggambar. Jika sudah begitu, ia akan melupakan segalanya, termasuk makan.
“Aisyah...., makan dulu!” teriak ibu dari dapur.
Aisyah mendengus kesal.
“Huh! Kenapa sih selalu disuruh makan?” runtuk Aisyah kesal.
“Aisyah.....!” suara ibu kembali terdengar.
“Ya, Bu....!” jawab Aisyah dengan malas.
Makan. Aktivitas yang sangat tidak disukai Aisyah. Karena pasti ia akan bertemu dengan sayuran. Meskipun kata Bu Guru sayuran itu menyehatkan dan banyak manfaatnya, Aisyah tetap tidak suka sayuran. Aisyah lebih suka makan mie atau roti.
Aisyah menyeret kakinya ke meja makan. Aroma sayur sop sudah tercium dari kejauhan. Dibukanya tudung saji. Benar saja, ada sayur sop di sana. Ada ayam goreng, tempe goreng, dan perkedel kentang, juga sambal bajak. Huh! Malas makan! Batin Aisyah. Ditutupnya kembali tudung saji dan bersiap kabur dari meja makan.
Baru saja Aisyah hendak beranjak dari meja makan, sebuah suara sudah terdengar dari belakangnya.
“Mau kemana, Aisyah?”
Aisyah terkejut dan hanya bisa meringis sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.
“Hehehe....”
“Ayo, makan dulu!” perintah Ibu.
Aisyah  tersenyum kecut. Namun tak ada pilihan lain untuknya kecuali makan. Karena wajah ibu sudah terlihat marah. Ibu mengambil dua buah piring, meletakkan satu piring di depannya dan menyodorkan satu piring lain kepada Aisyah.
Dengan malas Aisyah menerima piring yang disodorkan ibu dan mengisinya dengan seujung centong nasi, ayam goreng, serta sedikit sambal bajak.
“Pakai sayur!” kata Ibu.
“Ya, nanti...” jawab Aisyah sambil mulai menyuapkan nasi ke mulutnya.
Ting tong, ting tong, Assalamu’alaikum....
Tiba-tiba bel berbunyi. Ada tamu, batin Aisyah. Ibu meletakkan kembali sesendok nasi yang telah dipegangnya dan bergegas menuju ke pintu depan. Kesempatan, nih! Batin Aisyah. Aisyah mempercepat makannya dan segera berlari ke dapur untuk mencuci piring. Setelah itu ia segera pergi ke kamar, sebelum ibu kembali ke meja makan.
Ketika ibu kembali ke meja makan, ibu hanya bisa geleng-geleng kepala ketika tidak lagi mendapati Aisyah di meja makan.
***
Pukul 6 tepat. Aisyah sudah siap dengan seragamnya. Aisyah menghampiri meja belajar dan mulai membuka tasnya. Diperiksanya kembali jadwal pelajaran hari ini. Sudah lengkap, batinnya. Tas sekolah ia tutup kembali dan sedetik kemudian tas itu telah berpindah ke punggungnya. Aisyah membuka pintu kamar dan bergegas menuju ke meja makan. Aisyah mengambil dua potong roti tawar, mengolesi salah satu sisinya dengan selai strawberry, dan memakannya. Setelah potongan roti terakhir masuk ke mulutnya, Aisyah segera menghabiskan segelas susu yang telas disiapkan di meja makan. Alhamdulillah... Ucap Aisyah mengakhiri sarapan paginya.
Aisyah bergegas mencari ibunya untuk berpamitan.
“Aisyah berangkat dulu ya, Bu...” kata Aisyah sambil mencium tangan ibunya.
“Ya. Sudah sarapan?” tanya ibu.
“Sudah,” jawab Aisyah pendek. Aisyah sudah bisa menebak pertanyaan selanjutnya.
“Sarapan apa?” tanya ibu.
Benar, kan, batin Aisyah.
“He... Roti sama minum susu...” jawab Aisyah sambil nyengir.
“Lho.... Kok nggak sarapan nasi? Kan nanti ada pelajaran olahraga.. Kamu pastinya butuh energi lebih untuk itu,” kata ibu.
“Nggak usah aja, ah! Ini juga sudah kenyang. Berangkat dulu, ya, Bu. Assalamu’alaikum...” sambung Aisyah cepat dan segera berlari ke garasi, sebelum ibu berkata lebih banyak lagi..
“Wa’alaikumsalam... Hati-hati di jalan, Nak...!” kata ibu kemudian.
***
Pelajaran olah raga dimulai. Aisyah dan teman-teman telah berkumpul di lapangan sekolah. Pak Anton, guru olah raga Aisyah, mengatur barisan anak-anak dan mengawali pelajaran dengan pemanasan.
“Selamat pagi, Anak-anak...”, sapa Pak Anton.
“Selamat pagi...” jawab anak-anak hampir bersamaan.
“Hari ini, kalian akan mencoba lari jarak jauh. Untuk penilaiannya, akan dilakukan minggu depan,” kata Pak Anton.
“Rutenya, Pak?” tanya Dika.
“Ya. Kalian nanti start-nya dari gerbang sekolah. Kalian ke kiri sampai perempatan pertama. Dari situ, kalian belok ke kanan, lurus sampai di pertigaan warung Bu Patmi. Setelah itu belok kanan, sampai di perempatan belok kanan. Lurus sampai ke jalan besar, lalu belok ke kiri sampai sekolah kita. Paham anak-anak?” terang Pak Anton.
Suara-suara pun terdengar.
“Ya, Pak!” jawab Dika.
“Wah... jauh sekali,” kata Sari.
“Iya, jauh sekali,” Alma menimpali.
“Kuat nggak, ya?” tanya Aisyah.
“Ada pertanyaan?” tanya Pak Anton.
“Tidak, Pak!” jawab anak-anak.
“Baik. Kita ke gerbang sekolah sekarang!” kata Pak Anton.
Aisyah dan teman-temannya bergegas menuju gerbang sekolah. Setelah semua siap, Pak Anton mulai memberi aba-aba.
“Bersedia... Siaaap.... Yak!”
Aisyah pun mulai berlari. Ia berada di urutan terdepan. Ia terus berlari. Ketika hampir sampai di depan warung Bu Patmi, ia merasa kakinya semakin lemas, tenaganya semakin habis. Langkah kakinya pun makin pelan. Teman-temannya mulai mendahuluinya. Coba tadi sarapan nasi, batin Aisyah menyesal.
Aisyah terus melangkahkan kakinya meskipun ia tak lagi kuat berlari. Dadanya terasa panas dan lambungnya tiba-tiba perih.
“Ayo, Aisyah, kamu bisa...!” kata Aisyah menyemangati dirinya sendiri.
Aisyah terus berlari. Satu belokan lagi, batin Aisyah. Tiba-tiba kepalanya terasa berat. Ada bayangan genangan air di bawah matanya. Kaki Aisyah ingin berhenti, tapi Aisyah tidak ingin ada di urutan terakhir. Jadi Aisyah memutuskan untuk tetap berlari.
Ah, hampir sampai. Pak Anton sudah terlihat di depan sana, batin Aisyah. Dengan sisa tenaganya Aisyah mempercepat langkah kakinya. Namun, tiba-tiba ada banyak kunang-kunang di sekitarnya dan dunia berubah warna. Lalu, semuanya gelap.
Aroma minyak kayu putih memenuhi hidung Aisyah. Siapa yang sakit, batin Aisyah. Ia mendengar suara-suara yang tidak jelas disekitarnya. Aisyah mulai membuka matanya. Lho, kok aku ada di tempat tidur? Aisyah heran.
“Sudah sadar, Nak?” tanya Pak Anton.
“Tadi belum sarapan, ya?” sambungnya.
“Sarapan roti, Pak,” kata Aisyah.
“Cuma makan roti?” tanya Pak Anton.
“Sama minum susu,” jawab Aisyah.
“Lho.... Kalau olah raga, lebih baik sarapan pakai nasi. Karena kamu butuh energi lebih. Energi itu diperoleh dari karbohidrat. Nasi adalah salah satu sumber karbohidrat. Terus makannya jangan sama lauk saja. Pakai sayur. Bagus itu! Kalau mau lebih sehat lagi, ditambah dengan makan buah dan minum susu. Jadinya empat sehat lima sempurna...” kata Pak Anton panjang lebar.
“Tapi Aisyah tidak suka sayur, Pak...”
“Tidak boleh begitu… Kamu kan masih dalam masa pertumbuhan. Kamu perlu energi untuk tumbuh, untuk berfikir, dan untuk beraktivitas. Jadi harus makan dengan gizi seimbang. Biar kamu bisa tumbuh tinggi, pintar, sehat dan kuat. Nggak pingsan begini…” kata Pak Anton.
Benar juga, ya.., batin Aisyah sambil tersenyum malu.
“Ya, udah, Pak. Kalau  gitu, Aisyah tidak pilih-pilih makanan lagi. Biar sehat dan kuat!” kata Aisyah.
“Wah, bagus itu!” kata Pak Anton.
“Aisyah sudah boleh ke kelas, Pak?” Tanya Aisyah.
“Sudah kuat?”
“Iya.”
“Boleh. Silahkan!”
Aisyah turun dari tempat tidur UKS dan berjalan menuju kelasnya. Aisyah bertekad, mulai hari ini ia tidak akan malas makan lagi. Ia akan mencoba makan sayuran. Biar bisa tumbuh tinggi, pintar, sehat, dan kuat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar