Selasa, 15 Oktober 2013

Tujuan Hidup Manusia



Al Qur’an telah menjelaskan tentang tujuan hidup manusia. Semestinya manusia dapat menentukan sikap dalam menentukan tujuan hidup tersebut. Beberapa tujuan hidup manusia yang termaktub dalam Al Qur’an yaitu:
1.    Makan dan kesenangan yang lain
Ada sebagian manusia yang menjadikan makanan dan kesenangan dalam hidup sebagai tujuan hidupnya.
Allah swt berfirman:
“Dan orang-orang yang kafir itu bersenang-senang (di dunia) dan mereka makan seperti makannya binatang-binatang dan neraka adalah tempat tinggal mereka.” (QS. Muhammad : 12)
2.    Perhiasan dan kekayaan
Sebagian manusia yang lain menjadikan perhiasan dan kekayaan sebagai tujuan hidupnya.
Firman Allah swt dalam QS. Ali Imran : 14 yaitu:
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu : wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).”
3.    Menyebarkan fitnah, kejahatan, dan kerusakan
Ada juga manusia yang menjadi penyebar fitnah, pelaku tindak kejahatan, dan gemar melakukan kerusakan di muka bumi.
Firman Allah swt.:
“Dan di antara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu, dan dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya, padahal ia adalah penantang yang paling keras. Dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanaman-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kerusakan.” (QS. Al Baqarah : 204 – 205)
4.    Beribadah pada Allah
Inilah tujuan utama dari penciptaan manusia, yaitu supaya manusia beribadah kepada-Nya.
“Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang Muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al Qur’an) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia maka dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan berpeganglah kamu kepada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik penolong.” (QS. Al Hajj : 78)
5.    Berbuat kebajikan
Salah satu tujuan hidup manusia yang tercantum dalam Al Qur’an adalah untuk berbuat kebajikan. Sesungguhnya, kebajikan pertama adalah meninggalkan kejahatan. Setelah itu ada tugas lain yaitu membawa manusia ke jalan kebenaran dan membimbing manusia ke jalan kebaikan.
“Hai orang-orang yang beriman, rukuklah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu, dan berbuatlah kebajikan supaya kamu mendapat kemenangan. Dan berjihadlah kamu di jalan Allah dengan jihad yang sebesar-besarnya.” (QS. Al Hajj : 77)
   Manusia diberikan kebebasan untuk memilih tujuan hidupnya. Namun tentu saja semua pilihan itu ada konsekuensinya. Allah swt telah membersihkan kaum mukminin dari tujuan buruk dan memberikan sebuah pilihan yaitu tujuan hidup yang lebih mulia. Tujuan hidup yang akan memberikan keselamatan dan kemenangan di akhirat nanti.
(Hasan Al-Banna, Majmu’atu Rasa’il)

Sabtu, 05 Oktober 2013

ISTIQOMAH



Dari Sufyan bin ‘Abdillah r.a., dia berkata, “Wahai Rasulullah, ucapkanlah kepadaku suatu ucapan dalam islam, yang aku tidak menanyakannya kepada selain engkau.” Rasulullah menjawab, “Ucapkanlah, aku telah beriman. Kemudian beristiqomahlah!”
Istiqomah  dapat diartikan ketetapan hati dalam bertauhid. Ibnu Taimiyah berkata, sebesar-besar karomah adalah istiqomah.
Istilah lain yang berkaitan dengan istiqomah adalah:
1.    As-Sadaad                    : bertindak secara benar untuk mencapai tujuan
2.    Al-Muqarabah            : melakukan tindakan yang benar yang mendekati tujuan
Faktor-faktor yang dapat menumbuhkan istiqomah yaitu:
1.    Beramal dan melakukan optimalisasi
“Dan berjihadlah kamu di jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu, dan Dia tidak menjadikan kesukaran untukmu dalam agama. (Ikutilah) agama nenek moyangmu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamakan kamu orang-orang muslim sejak dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al Qur’an) ini, agar Rasul (Muhammad) itu menjadi saksi atas dirimu dan agar kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia. Maka laksanakanlah shalat dan tunaikanlah zakat, dan perpegang teguhlah kepada Allah. Dialah Pelindungmu: Dia sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong.” (QS. 22 : 78)
2.    Jangan melampaui batas
3.    Ikhlas
Buah dari istiqomah yaitu:
1.    Adanya saja’ah / keberanian yang luar biasa (QS. 41 : 30)
2.    Ketenangan dalam hatinya (QS. 47 : 7)
3.    Syafa’ul / optimis
Ketika seseorang telah beriman, maka ia harus istiqomah dalam 3 hal, yaitu :
1.    Lisan
Mengungkapkan keimanan dengan lisan, yang tercermin dalam kehidupan sehari-harinya.
2.    Hati
Tidak ada keraguan sedikitpun
3.    Amal perbuatan

Selasa, 01 Oktober 2013

Cerpen Ke sebelas



KELINCI YANG RIANG

Di sebuah hutan kecil yang damai, hiduplah seekor kelinci yang riang, ramah, dan suka melompat. Setiap pagi ia keluar dari sarangnya untuk mencari makan. Di sepanjang perjalanan, sambil melompat-lompat dengan riang, Si Kelinci menyapa tiap warga hutan dengan keramahannya.
“Selamat pagi, Kawan!” sapanya pada Ayam Hutan yang sedang bertengger pada sebuah dahan.
“Selamat pagi, Kelinci!” jawab Si Ayam Hutan.
“Rajin sekali! Sepagi ini sudah keluar dari sarang,” lanjut Si Ayam Hutan.
“Iya. Pagi ini perutku terasa lebih lapar dari biasa. Jadi, aku harus segera mencari makanan untuk mengisi perutku ini,” jawab Si Kelinci.
“Kalau begitu bergegaslah! Sebelum kalah dengan kelinci yang lain. Ha..ha..!” timpal Si Ayam Hutan sambil bercanda.
”Oke! Aku pergi dulu, ya…” kata Si Kelinci berpamitan.
Begitulah. Di sepanjang jalan, Si Kelinci meneriakkan “Selamat Pagi” pada penduduk hutan yang ditemuinya, sambil terus melompat. Tak heran, jika semua penduduk hutan mengenalnya dan menyukainya. Sehari saja Si Kelinci tidak muncul, maka seisi hutan akan menanyakan keberadaannya.
Dua hari kemarin, Si Kelinci memilih wortel sebagai menu makanannya. Hari ini, ia ingin makan umbi-umbian. Si Kelinci ingat bahwa di pinggir hutan, didekat rumpun pohon bambu, ada beberapa tanaman umbi di sana. Ia bisa menggali dan memakannya.
Membayangkan umbi hutan yang besar dan segar, perut Si Kelinci langsung berbunyi. Si Kelinci pun bergegas menuju pinggir hutan dengan riang. Berharap umbi-umbian di sana belum diambil oleh kelinci lain.
Dari kejauhan, rumpun bambu terlihat tinggi menjulang. Di balik rumpun bambu itulah tanaman umbi-umbian itu berada. Si Kelinci mempercepat lompatannya karena perutnya semakin meronta minta diisi. Saking laparnya, Si Kelinci tidak hati-hati saat melompat. Tiba-tiba saja,
“Aduh!” sebuah teriakan keras terdengar dari mulut  Si Kelinci.
“Aduh…aduh…aduh…” Si Kelinci meringis sambil terus mengerang.
Si Kelinci pun menghentikan lompatannya. Telapak kakinya terasa sakit dan perih. Sejurus kemudian, Si Kelinci mengangkat kaki kanannya. Sebatang duri terlihat menancap di sana. Ia mengerang kesakitan. Ia menyesal. Gara-gara lapar, ia tidak hati-hati saat melompat. Sehingga kakinya menginjak duri bambu.
Pada saat Si Kelinci tengah mengerang kesakitan, lewatlah Si Gajah. Ia heran melihat Si Kelinci mengerang kesakitan. Ada apa, ya? Si Gajah bertanya dalam hati. Si Gajah pun menghampiri Si Kelinci.
“Ada apa, Kelinci? Apa  yang kau lakukan di sini? Sepertinya kamu sedang kesakitan?” tanya Si Gajah.
“Aku sangat lapar pagi ini. Aku mau mencari umbi di balik rumpun bambu itu. Tapi aku tidak hati-hati. Sehingga kakiku menginjak duri. Sakit sekali..!” jawab Si Kelinci.
“Kasihan sekali. Mari kubantu kembali kerumahmu,” kata Si Gajah.
“Terima kasih, Gajah,” kata Si Kelinci.
Gajah pun membawa Kelinci ke rumahnya. Sepanjang perjalanan, penduduk hutan heran melihat Gajah berjalan dengan tergesa-gesa sambil mengangkat Si Kelinci dengan belalainya. Mereka menyimpan banyak tanya, ada apa gerangan?
Setibanya di rumah Kelinci, Si Gajah membaringkan Kelinci.
“Tunggu sebentar, ya… Aku akan memanggil Ayam Hutan untuk mencabut duri di kakimu,” kata Si Gajah.
“Iya. Terima kasih, Gajah,” jawab kelinci.
Gajah bergegas mencari Ayam Hutan. Ia menceritakan apa yang terjadi pada kelinci dan meminta tolong untuk mencabut duri dari kaki Kelinci.
“Baiklah, mari kita segera ke sana!” kata Ayam Hutan.
“Kau ke sana dulu saja. Aku akan mencarikan beberapa umbi untuk Kelinci. Pastilah dia belum makan,” kata Si Gajah.
Setelah berterima kasih dan berpamitan, Gajah bergegas mencari umbi untuk Kelinci. Ayam Hutan pun segera menuju ke rumah Kelinci.
Ketika Ayam Hutan tiba di rumah Kelinci, ada beberapa penduduk hutan yang memenuhi rumah Si Kelinci. Mereka ingin tahu apa yang terjadi. Ayam Hutan segera mendekati Kelinci yang masih terus mengerang. Dengan bantuan Kucing Hutan, Ayam Hutan berusaha mencabut duri di kaki Kelinci.
Teriakan keras dari mulut Kelinci pun terdengar ketika duri itu berhasil dicabut. Dengan sigap, Si Kucing Hutan segera mengobati luka Si Kelinci. Setelah keadaan Kelinci lebih baik, Gajah memberikan umbi-umbian yang telah diperolehnya pada Kelinci.
“Ini, makanlah! Biar tenaga kamu pulih. Kamu kan sepagian ini belum makan,” kata Gajah.
Kelinci mengambil umbi pemberian Gajah. Ia pun makan dengan lahap. Sesekali ia meringis, karena kakinya masih terasa sakit.
Setelah kenyang, Kelinci berterima kasih pada teman-temannya.
Kelinci tidak keluar sarang selama beberapa hari, untuk memulihkan kakinya yang sakit. Ada yang berubah pada suasana hutan. Tidak ada sapaan ramah di pagi maupun sore hari. Tidak ada yang melompat dengan riang di sepanjang jalan. Suasana hutan jadi sedikit sepi dan muram. Penduduk hutan pun merindukan kehadiran Si Kelinci. Untuk itu, mereka selalu menjenguk Kelinci. Mereka berharap Si Kelinci segera sembuh.
Setelah sepekan beristirahat, Si Kelinci telah pulih kembali. Pagi ini, ia bersiap untuk ke luar sarang dan mencari makan. Ketika ia melangkahkan kaki ke luar, hal  pertama yang dilihatnya adalah Ayam Hutan yang bertengger di atas pohon.
“Selamat pagi, Ayam Hutan….!!” Sapanya dengan penuh semangat.
“Selamat pagi, Kelinci! Sudah sembuh, ya? Bersiap mencari makanan pagi ini?” jawab Ayam Hutan.
“Iya! Berkat kau dan seluruh penduduk hutan, kakiku sembuh dan aku bisa melompat-lompat lagi! Terima kasih, ya…!” kata Si Kelinci.
Sedetik kemudian, Si Kelinci telah melompat-lompat dengan riang. Di sepanjang jalan, terdengarlah teriakan yang penuh semangat.
“Selamat pagi, Kucing!”
“Selamat pagi, Burung Pipit!”
“Selamat pagi, Gajah!”
“Selamat pagi, semua…!”
“Selamat pagi…!”
Seiring dengan sapaan Si Kelinci yang riang dan penuh semangat, suasana hutan pun ceria kembali. (nien za)