Kamis, 03 April 2014

Sebuah Pesan



Suatu ketika, ketika diri telah terlena dengan cinta dunia, ada saja cara Alloh untuk menegur, mengembalikan lagi pada dunia nyata, pada sebuah keinsyafan.
Teguran itu bisa datang dari mana saja. Dari orang tua, murobbi, sahabat, binaan, bahkan dari siswa. Ya, siswa, yang nota bene masih anak kecil, kadang bisa juga menjadi "sarana" Alloh untuk menegur diri ini.
Cerita bermula ketika seorang siswa, dengan takut-takut berkata, "Bu, saya mau kasih masukan, tapi jangan marah, ya.."
Dengan tersenyum, ku jawab, "Iya, Mbak.. Ada apa?"
"Sejak Bu Guru nggak nulis cerpen untuk buletin sekolah, sekarang cerpennya jadi aneh deh, Bu. Jadi cerpen cinta gitu," terangnya.
"Masa, sih?" tanyaku.
"Iya, Bu. Pokoknya ada perjodohan-perjodohan gitu, lho Bu.. Coba dibaca," katanya sambil menyodorkan sebuah buletin padaku.
Ku ambil buletin itu dari tangannya. Dengan cepat ku baca cerpen di sana. Sebenarnya tidak ada yang salah dengan cerpen itu. Justru itu adalah masukan yang bagus untuk para remaja. Tapi memang jika itu dibaca oleh anak-anak kecil, nilai rasanya jadi beda. Cerpen itu memang bukan untuk usia anak-anak yang belum beranjak remaja.
"Najla Berbagi Cerita" (http://www.dakwatuna.com/2013/10/29/41279/najla-berbagi-cerita/#ixzz2xwIQrYoM). Demikian judul cerpen itu. Ada sebuah pesan di situ yang bagi saya itu sangat bagus, sangat "menampar". Ku petik pesan itu, dengan harapan, pesan itu bisa selalu menjadi pengingat ketika diri terjebak dalam kekhilafan.

Untukmu wahai Akhi..
Jika memang cinta dan kau tahu kini belum tepat waktunya, cukup sebut namanya dalam untaian doa. Menghindar tak selalu indikasi benci. Bisa juga usaha menyelamatkan dua hati : hatimu dan hatinya. Bantulah ia dengan tidak lagi menebar perhatian sebelum akad terlisankan.

Untukmu wahai Ukhti..
Aku pun sama sepertimu : seorang perempuan.
Perempuan biasa senang diperhatikan, tapi perempuan luar biasa lebih senang membagi perhatian kepada saudari-saudarinya, kepada keluarganya, serta lebih memilih mencurahkan pikirannya untuk kesejahteraan umat dan untuk dakwah.
Pada saatnya nanti, kita akan curahkan perhatian kita padanya. Pada dia, yang menyandarkan harapan hanya pada-Nya, dia yang mengucurkan cinta sempurna untuk-Nya dan kekasih-Nya. Bukan untuk ia yang mencoba mencelupkan warna kelabu ke dalam beningnya hatimu. Bukan pada ia yang memetik bunga cinta untuk indah sesaat saja. Bukan, bukan padanya, bukan untuknya, bukan baginya. Sama sekali bukan!
Ketahuilah, jika ia benar-benar cinta, ia akan membiarkan dirimu tumbuh dengan ilmu, memupuknya dengan untaian doa, membiarkan tarbiyah mengokohkan akar keimananmu. Dan kelak, di waktu yang tepat, ia akan memilihmu untuk bersama-sama menumbuhkan dan merawat tunas-tunas yang lebih indah dari bunga sejuta warna. Sekali lagi ketahuilah, ia yang mencintaimu, mengetahui kapan waktu yang tepat itu, ia tidak akan tergesa-gesa namun juga tak menunda-nunda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar