Suatu
ketika, ketika diri telah terlena dengan cinta dunia, ada saja cara Alloh untuk
menegur, mengembalikan lagi pada dunia nyata, pada sebuah keinsyafan.
Teguran
itu bisa datang dari mana saja. Dari orang tua, murobbi, sahabat, binaan,
bahkan dari siswa. Ya, siswa, yang nota bene masih anak kecil, kadang bisa juga
menjadi "sarana" Alloh untuk menegur diri ini.
Cerita
bermula ketika seorang siswa, dengan takut-takut berkata, "Bu, saya mau
kasih masukan, tapi jangan marah, ya.."
Dengan
tersenyum, ku jawab, "Iya, Mbak.. Ada apa?"
"Sejak
Bu Guru nggak nulis cerpen untuk buletin sekolah, sekarang cerpennya jadi aneh
deh, Bu. Jadi cerpen cinta gitu," terangnya.
"Masa,
sih?" tanyaku.
"Iya,
Bu. Pokoknya ada perjodohan-perjodohan gitu, lho Bu.. Coba dibaca,"
katanya sambil menyodorkan sebuah buletin padaku.
Ku
ambil buletin itu dari tangannya. Dengan cepat ku baca cerpen di sana.
Sebenarnya tidak ada yang salah dengan cerpen itu. Justru itu adalah masukan
yang bagus untuk para remaja. Tapi memang jika itu dibaca oleh anak-anak kecil,
nilai rasanya jadi beda. Cerpen itu memang bukan untuk usia anak-anak yang
belum beranjak remaja.
"Najla
Berbagi Cerita" (http://www.dakwatuna.com/2013/10/29/41279/najla-berbagi-cerita/#ixzz2xwIQrYoM).
Demikian
judul cerpen itu. Ada sebuah pesan di situ yang bagi saya itu sangat bagus,
sangat "menampar". Ku petik pesan itu, dengan harapan, pesan itu bisa
selalu menjadi pengingat ketika diri terjebak dalam kekhilafan.
Untukmu wahai Akhi..
Jika memang cinta dan
kau tahu kini belum tepat waktunya, cukup sebut namanya dalam untaian doa.
Menghindar tak selalu indikasi benci. Bisa juga usaha menyelamatkan dua hati :
hatimu dan hatinya. Bantulah ia dengan tidak lagi menebar perhatian sebelum
akad terlisankan.
Untukmu wahai Ukhti..
Aku pun sama sepertimu :
seorang perempuan.
Perempuan biasa senang
diperhatikan, tapi perempuan luar biasa lebih senang membagi perhatian kepada
saudari-saudarinya, kepada keluarganya, serta lebih memilih mencurahkan
pikirannya untuk kesejahteraan umat dan untuk dakwah.
Pada saatnya nanti, kita
akan curahkan perhatian kita padanya. Pada dia, yang menyandarkan harapan hanya
pada-Nya, dia yang mengucurkan cinta sempurna untuk-Nya dan kekasih-Nya. Bukan
untuk ia yang mencoba mencelupkan warna kelabu ke dalam beningnya hatimu. Bukan
pada ia yang memetik bunga cinta untuk indah sesaat saja. Bukan, bukan padanya,
bukan untuknya, bukan baginya. Sama sekali bukan!
Ketahuilah, jika ia
benar-benar cinta, ia akan membiarkan dirimu tumbuh dengan ilmu, memupuknya
dengan untaian doa, membiarkan tarbiyah mengokohkan akar keimananmu. Dan kelak,
di waktu yang tepat, ia akan memilihmu untuk bersama-sama menumbuhkan dan
merawat tunas-tunas yang lebih indah dari bunga sejuta warna. Sekali lagi
ketahuilah, ia yang mencintaimu, mengetahui kapan waktu yang tepat itu, ia
tidak akan tergesa-gesa namun juga tak menunda-nunda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar