Minggu, 21 April 2013

Peran Wanita dalam Pendidikan dan Pembentukan Pribadi Anak

Wanita memiliki peran amat besar dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Tanpanya, kehidupan tidak akan berjalan semestinya. Sebab ia adalah pencetak generasi baru. Sekiranya di muka bumi ini hanya dihuni oleh laki-laki, kehidupan mungkin sudah terhenti beribu-ribu abad yang lalu. Oleh sebab itu, wanita tidak bisa diremehkan dan diabaikan, karena dibalik semua keberhasilan dan kontinuitas kehidupan, di situ ada wanita.

Menjadi ibu adalah pekerjaan paling mulia bagi seorang wanita. Ibu adalah guru dalam setiap disiplin ilmu. Ibu adalah lembaga pendidikan, yang bila dipersiapkan dengan benar, darinya akan lahir pemuda-pemuda berjiwa mulia. Ibu adalah manajer yang mengatur dan menata pola hidup keluarga hingga lebih rapih. Ibu adalah sahabat paling setia, yang siap mendengar semua cerita dan keluh kesah.

Wanita, Madrasah Pertama Bagi Sang Buah Hati
Madrasah artinya sekolah. Secara umum, sekolah itu berangkat pagi, pulang siang, ada murid, ada guru, dan ada tempat. Namun madrasah disini berarti tempat untuk belajar. Jadi, ibu adalah tempat belajar pertama sang buah hati.

Syauqi mengatakan “Ibu ibarat madrasah, jika kau persiapkan maka sesungguhnya anda sedang menyiapkan bangsa (besar) yang wangi keringatnya.”

Wanita adalah guru pertama bagi sang anak, sebelum dididik orang lain. Sejak ruh ditiupkan ke dalam rahim, proses pendidikan sudah dimulai. Sebab mulai saat itu, anak telah mampu menangkap rangsangan-rangsangan yang diberikan oleh ibunya. Ia mampu mendengar dan merasakan apa yang dirasakan ibunya. Bila ibunya sedih dan cemas, ia pun merasakan demikian. Sebaliknya, bila ibunya merasa senang, ia pun turut senang.

Ketika sang anak terlahir ke muka bumi, ia sudah berusaha memahami apa yang diajarkan oleh seorang ibu. Ketika kata pertama keluar dari seorang bayi, kata itu akan diterjemahkan oleh sang ibu. Sehingga anak mengetahui apa yang diucapkan itu memiliki arti. Anak meniru apa yang baik dan buruk dari ibunya serta menyaring segala sesuatu yang ada di luar rumah lewat ibunya. Bila seorang ibu membiasakan anaknya dari kandungan sampai dewasa dengan adab-adab Islam, ia pun akan terbiasa dengan hal itu. Tapi sebaliknya, bila ibu membiasakan dengan adab-adab yang tidak Islami, ia pun akan ikut seperti ibunya.

Peran Wanita dalam Pendidikan dan Pembentukan Kepribadian Anak
Wanita mempunyai peran penting dalam pendidikan dan pembentukan pribadi anak. Meskipun peran tersebut bersifat abstrak, namun sangat signifikan untuk mencetak generasi yang cerdas dan berakhlak.

Kehidupan dalam keluarga merupakan titik awal untuk menuju kehidupan bernegara. Anak yang terlahir dalam keluarga yang terdidik tentu akan berbeda nilainya dibandingkan anak tanpa perhatian orangtuanya, khususnya ibu. Hal ini karena secara psikologis perempuan memiliki sifat kasih sayang yang tinggi.

Berawal dari pendidikan dalam keluarga dan peran wanita di dalamnya, akan terbentuk generasi yang berpribadi unggul. Dalam membentuk pribadi anak, ada hal-hal yang perlu diperhatikan oleh seorang wanita, yaitu :
A. Tarbiyah Ruhiyyah 
Pendidikan Aqidah
Pengetahuan yang pertama kali dikenalkan pada anak adalah seputar tauhid, yakni upaya sang anak untuk mengetahui dan meyakini akan adanya Tuhan. Mereka harus memahami siapa yang memberinya kehidupan, yang menciptakan mereka. Kemudian meyakini bahwa apa yang terjadi pada kita, pasti akan kembali pada sang Khalik.

Aqidah merupakan faktor yang paling urgen dalam kehidupan. Sehingga jika dilandasi aqidah yang kuat, anak akan mengerti kebenaran dan benteng aqidah tidak akan goyah begitu saja di tengah liarnya aliran yang muncul ke permukaan.

Sebagai orang yang paling dekat dengan anak, wanita mempunyai peranan penting dalam menanamkan aqidah pada anak sedini mungkin. Sehingga anak tahu, bahwa dalam dunia ini ada Dzat yang menjadi tujuan utama dalam tiap segi kehidupan.

Pendidikan Ibadah
Ibadah adalah hal yang paling urgen dalam menjalin komunikasi dengan sang Khalik. Ketika ibu menjalani kehamilan sampai melahirkan, tidaklah berat baginya untuk mengajak si calon bayi untuk ikut serta dalam melakukan ibadah harian. Seperti sholat, puasa, baca Al-Quran, berdoa, berdzikir, dan lain sebagainya. Walau mungkin anak tidak paham apa yang dilakukan dan diinginkan ibunya, tapi ketika ia menginjak dewasa, Insya Allah ibadah-ibadah tadi akan mudah diajarkan. Sebab anak sudah sering melihat dan mendengar, sehingga takkan terasa berat menjalaninya.

Pendidikan Akhlak
Akhlak merupakan sebuah karakter yang melekat dalam hati, kebiasaanlah yang akan membentuknya.

Anak balita memiliki tingkat kecerdasan yang cukup tinggi untuk menangkap sesuatu di lingkungannya. Kepekaan dan daya tangkap yang dimiliknya mampu menirukan apa yang dilihat olehnya. Perilaku yang baik dari orang tua dalam keseharian bisa menjadi faktor utama dalam pengembangan karakter dan kepribadian yang baik si balita.

Pembiasaan akhlak yang baik tidak perlu menunggu anak dewasa. Dari kecil harus sudah dibiasakan. Sebab kebiasaan yang baik, kalau tidak dibiasakan dalam waktu yang lama, sangat sulit untuk menjadi akhlak. Justru ketika kebiasaan baik tidak ada dalam diri kita, dengan sendirinya kebiasaan buruk akan menghiasinya tanpa harus dibiasakan. Jika semenjak dalam kandungan seorang anak dibiasakan mencintai orang lain, maka ketika lahir, ia pun akan berusaha untuk mencintai orang lain. Apabila sifat-sifat sabar, tawadlu, itsar, tabah, pemurah, suka menolong orang lain dan sebagainya dibiasakan, insya Allah ketika anak sudah paham dan mengerti, akhlak-akhlak tadi akan menghiasi kehidupannya.

B. Tarbiyah Aqliyyah
Belajar di waktu kecil, bagai mengukir di atas batu. Demikian kata pepatah. Pengasahan otak semenjak kecil akan lebih bagus dan lebih terpatri dalam otak anak. Bagai sebuah pisau, semakin lama waktu mengasahnya, maka akan semakin tajam.

Dalam hal ini seorang ibu bisa mengajarkan berbagai hal untuk mengasah otak anak. Misalnya dengan mewarnai, menggambar, menghafal, menulis, atau membaca. Tapi seorang ibu juga harus bijaksana dalam hal ini. Jangan sembarangan dalam memberikan buku-buku bacaan, untuk mengasah otak. Cukup banyak buku-buku yang ingin menghancurkan generasi Islam.

C. Tarbiyah Jasadiyyah
Kecerdasan anak tidak hanya terbatas pada ruhiyah dan aqliyyah saja. Namun juga harus didukung dengan fisik yang kuat. Seperti kata pepatah, “Dalam jiwa yang sehat, terdapat raga yang kuat”. Ketika badan sehat, maka seseorang akan kuat menjalankan ibadah. Ketika seseorang itu kuat, maka ia mampu melakukan amar ma’ruf nahi munkar. Sehingga pendidikan jasadiyyah tetap harus diperhatikan.

Pendidikan jasadiyah sering mendapat perhatian ibu yang baru mempunyai anak. Rangsangan-rangsangan ibu berupa olahraga balita, sangat membantu anak dalam perkembangan tubuhnya. Percepatan proses semenjak si anak tengkurap, merangkak, jalan dan lari, tidak bisa dibiarkan sendiri. Namun bantuan ibu untuk melakuan gerakan-gerakan itu sangatlah dibutuhkan anak. Karena pada hakikatnya, insting yang dimiliki anak belum mampu menjangkau apa yang harus ia lakukan agar bisa berbuat seperti orang dewasa. Pendidikan jasadiyah tidak terbatas saat anak masih balita, tapi proses ini tetap berlanjut ketika anak beranjak dewasa. Beragam cara dapat dilakukan untuk membina jasmani yang sehat dan kuat. Baik berupa permainan maupun olahraga.

Peningkatan Kualitas Diri
Begitu banyaknya peran yang dapat dilakukan oleh seorang wanita dalam pendidikan dan pembentukan kepribadian anak. Peran yang demikian strategis ini, menuntut wanita untuk membekali dirinya dengan ilmu yang memadai. Ilmu yang dapat meluruskan aqidah, menshahihkan ibadah, membaguskan akhlaq, meluaskan tsaqofah, membuat mandiri, tidak bergantung pada orang lain, sekaligus bermanfaat bagi orang lain. Maka, wanita harus terus bergerak meningkatkan kualitas dirinya. Karena, untuk mencetak generasi yang berkualitas, dibutuhkan pendidik yang berkualitas pula. Hal itu berarti, seorang wanita tidak boleh berhenti belajar. Sebuah bangsa yang maju adalah karena ada andil seorang wanita di belakangnya. Baiknya umat Islam dan generasi Islam itu karena wanita shaleh yang telah melahirkan dan mendidiknya.

Sumber : Peran Wanita dalam Islam (Ummu Muhammad), Peran Perempuan dalam Pendidikan (kompasiana.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar